Sangjit adalah salah satu prosesi
pernikahan dalam budaya Tionghoa. Sangjit dalam bahasa Indonesia berarti proses Seserahan atau proses kelanjutan Lamaran ( TING JING ) dari pihak mempelai pria (dengan orang tua, saudara
dan teman dekatnya yang masih single) dengan membawa “persembahan” ke pihak
mempelai wanita. Acara Sangjit
biasanya dilakukan setelah Lamaran ( TING JING ) dan sebelum wedding, atau biasanya antara sebulan sampai minggu sebelum acara Pernikahan secara resmi.
Berikut tata cara dalam prosesi Sangjit :
1. Calon mempelai pria biasanya mengenakan kemeja berwarna merah (atau terkadang mengenakan
cheongsam pria), dan untuk calon mempelai wanita mengenakan dress berwarna merah.
2. Wakil keluarga wanita beserta para penerima seserahan (biasanya anggota keluarga yang telah menikah) menunggu di depan pintu rumah.
3. Dipimpin oleh anggota keluarga yang dituakan, rombongan pria pun datang membawa seserahan ke rumah si wanita. Rombongan ini biasanya wakil keluarga yang belum menikah yang menjadi pembawa nampan seserahan. Dalam beberapa adat kebiasaan lain, orang tua pria tidak ikut dalam prosesi ini. Teman terdekat diizinkan untuk ikut dalam prosesi ini apabila kekurangan wakil dari keluarga.
4. Seserahan diberikan satu per satu secara berurutan, mulai dari seserahan untuk kedua orang tua mempelai wanita, lalu untuk mempelai wanita, dan seterusnya.
5. Barang seserahan yang sudah diterima oleh pihak mempelai wanita, langsung dibawa ke dalam kamar untuk diambil sebagian.
6. Setelah itu dilanjutkan dengan ramah tamah. Biasanya pihak keluarga mempelai wanita menyiapkan makan siang.
7. Pada akhir kunjungan, barang-barang seserahan yang telah diambil sebagian diserahkan kembali pada para pembawa seserahan. Dan sebagai balasannya, keluarga wanita pun memberikan seserahan pada keluarga pria berupa manisan dan berbagai keperluan pria (baju, baju dalam, dll).
Kenapa diserahkan kembali sebagian? Apabila keluarga wanita mengambil seluruh barang yang ada, artinya mereka menyerahkan pengantin wanita sepenuhnya pada keluarga pria dan tak akan ada hubungan lagi antara si pengantin wanita dan keluarganya. Namun bila keluarga wanita mengembalikan separuh dari barang-barang tersebut ke pihak pria artinya keluarga wanita masih bisa turut campur dalam keluarga pengantin.
8. Wakil keluarga wanita juga memberikan
Angpao ke setiap pembawa seserahan, maksudnya mendoakan agar para pembawa seserahan supaya enteng jodoh dan segera menyusul.
Dengan semakin berkembangnya zaman, orang orang cenderung menginginkan sesuatu yang simpel dalam persiapan untuk
pernikahan mereka. Karena itu, sangjit pun telah mengalami modernisasi, sehingga sangjit yang ada sekarang ini sudah tidak sekompleks seperti dahulu.
Sesuai dengan tradisi Suku Hakka, nampan isi brides’s daily things ditukar dengan groom’s daily things,yang artinya perhiasan dari pihak mempelai wanita, ditukar dengan perhiasan dari pihak mempelai pria. Tradisi pihak pria yang akan membawa nampan dan pihak wanita yang akan menukar isi nampan/mengambil sebagian isi nampan.
B. Adapun barang-barang yang umumnya dipersiapkan pihak mempelai pria biasanya berisi :
1. Pakaian atau kain untuk mempelai wanita. Maksudnya adalah segala keperluan sandang si gadis akan dipenuhi oleh si pria.
2. Uang angpao (ada juga yang bilang uang susu) dan uang pesta (masing-masing di amplop merah). Pihak mempelai wanita biasanya hanya mengambil uang angpao (uang susu) secara penuh/keseluruhan, sedangkan untuk uang pesta hanya diambil jumlah belakang/ekornya saja, sisanya dikembalikan. Misalnya uang pesta diberikan sebesar: Rp. 88.800.000,- , yang diambil hanya Rp. 800.000,-. Apabila keluarga wanita mengambil seluruh uang pesta, artinya pesta pernikahan tersebut dibiayai keluarga wanita.
3. Nampan masing-masing berisikan 18 buah (apel, jeruk, pir atau buah yang manis lainnya sebagai lambang kedamaian, kesejahteraan dan rejeki). Nanti ini dikembalikan sebagian kepada pihak mempelai pria.
4. Sepasang lilin merah yang diikat dengan pita merah sebagai simbol perlindungan untuk menghalau pengaruh negatif. Biasanya yang dipakai lilin dengan motif naga dan burung hong. Pihak wanita nanti mengambil 1 pasang, dan 1 pasang lagi dikembalikan kepada pihak pria.
5. Sepasang kaki babi (bisa digantikan dengan makanan kalengan yang berjumlah 8-12 kaleng), beserta 6-12 kaleng kacang polong.
6. Senampan berisikan kue mangkok berwarna merah sebanyak 18 potong, sebagai lambang kelimpahan dan keberuntungan. Ini pun akan dikembalikan sebagian ke pihak pria.
7. Senampan berisikan dua botol arak atau champagne. Pihak mempelai wanita mengambil semuanya, dan ditukar dengan dua botol sirup merah dan dikembalikan ke pihak mempelai pria.
C. Catatan lain mengenai prosesi sangjitan :
♦ Untuk nomor 3-7 diambil sebagian oleh pihak perempuan dan sisanya dibawa pulang oleh pihak laki laki.
♦ Pada saat dibawa pulang sekalian diberikan juga seperangkat pakaian untuk mempelai pria, termasuk dompet, belt, dll. Disertakan juga kue-kue, permen atau coklat (manisan) untuk diberikan ke pihak laki laki untuk dibawa pulang.
♦ Untuk para pembawa nampan dari pihak laki laki, ibu dari mempelai wanita akan memberikan/membagikan angpao untuk hoki/keberuntungan. Kalau misalnya akan melangkahi kakak dari mempelai wanita, maka pihak laki-laki juga harus membawa barang pelangkah, seperti 1 stel pakaian.
♦ Ada pula mempelai wanita menyertakan pakaian untuk orang tua, tetapi bisa juga pakaian orang tua diberikan pada saat
tea pai.
♦ Dalam beberapa acara seremony sangjit yang sangat lengkap, dalam hantaran juga ikut disertakan beberapa pasang kemeja dan celana (untuk para pembawa nampan, jumlahnya disesuaikan dengan jumlah pembawa nampan), sepasang sepatu (mempelai wanita), sepasang sandal (mempelai pria), dompet (diisi uang nantinya), belt/gesper, seperangkat kosmetik, parfum, jam tangan, sepasang baju papa + sandal, sepasang baju mama + sepatu. Cuma agar lebih memudahkan, kadang biasanya diganti dengan bungkusan
Angpao saja.
Sebelum keluarga calon pengantin pria memutuskan barang apa uang akan dibawa dalam hantarannya nanti, ada baiknya didiskusikan bersama pihak pengantin wanita terlebih dahulu. Setelah ditentukan, barang-barang seserahan akan diletakkan ataupun dikemas dalam nampan-nampan yang berjumlah genap, biasanya maksimal berjumlah 12 nampan. Pemilihan barang-barang serahan juga tergantung dengan aturan yang dianut oleh masing-masing keluarga.
D. Dalam beberapa tradisi, ada juga yang menambahkan :
1.
Kaca, artinya kedua mempelai dapat berefleksi pada diri mereka masing-masing sehingga tidak saling menuntut.
2.
Uang-uangan dari emas yang biasanya ada kata
福 (Fú), yang artinya hoki atau keberuntungan.
3.
Dua bundel pita dengan karakter huruf Hanzi
; Suang Hie; yang berarti
double happiness, bermakna agar terus bahagia sampai tua nanti.
Untuk buah-buahan sendiri ada beberapa macam buah khusus yang memiliki arti, masing-masing seperti :
1. Buah atep yang disepuh merah, artinya agar tetap langgeng sampai kapan pun.
2. Buah ceremai, artinya agar rumah tangganya bahagia, banyak sahabat dan keturunan.
3. Buah leket, artinya agar lengket sampai kapan pun, hubungannya selalu intim.
4. Buah pala, artinya kedua mempelai akan terus berjalan lurus, baik-baik saja.
“Sebenarnya, makna dari dilakukannya tradisi sangjitan adalah diharapkan agar suami-istri kelak akan saling berbagi suka & duka sampai akhir hayatnya nanti”
Hal yang menarik dari proses Sangjit ini adalah setiap hal yang dipersiapkan dan proses yang dijalankan memiliki maknanya masing-masing. Tradisi Sangjit diatas hanyalah sekedar tradisi saja. Dilakukan atau tidak, juga sebenarnya tidak menjadi permasalahan; mengingat sekarang zaman sudah semakin modern, yang menuntut orang untuk melakukan segala sesuatu dengan simple/praktis. Apalagi jika salah satu pasangan pernikahan bukan berasal dari etnis tionghoa, bisa menjadi rumit apabila tetap dipaksakan untuk diterapkan.
Sebagai catatan, hal-hal yang dipersiapkan dalam tradisi sangjit ini kadang berbeda satu sama lain; mengikuti kebiasaan/adat daerah masing-masing; juga kadang tergantung kemauan dan kemampuan dari keluarga kedua mempelai. Segala macam item dan perlengkapan dalam list diatas hanya sebagai contoh syang umum saja dan TIDAK BERSIFAT MUTLAK.